Ekseskusi D.N.Aidit

Tanggal 22 November 1965, Dipa Nusantara Aidit ditangkap di tempat persembunyiannya di rumah Kasim alias Harjomartono di Kampung Sambeng, Solo, Jawa Tengah. Usai pelarian panjang pasca peristiwa 30 September 1965, aparat militer akhirnya menangkap pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI) ini.

Pada hari penangkapannya itu, Aidit sempat menikmati kopi dan rokok. Bahkan, saat akan dibawa, Aidit sempat meminta rokok.
"Boleh ya rokok ini saya bawa," kata Aidit.

Lalu, seorang tentara yang menangkapnya menjawab. "Bawa saja rokok itu. Nanti buat rokok-an bersama Gatot Subroto," katanya menyiratkan bahwa Aidit akan segera menyusul Jenderal Gatot Subroto yang telah meninggal pada tahun 1962.

Pasca penangkapan, Aidit dibawa ke Loji Gandrung. Di sana, seorang tentara berpangkat mayor sempat mencoba mengambil alih penangkapan Aidit. Namun, upaya itu ditolak oleh Komandan Brigade Mayjen Yasir Hadibroto.

Sesuai dengan perintah Jenderal Soeharto, Yasir kemudian memerintahkan anak buahnya, Mayor ST untuk mencari sumur tua tak berair. Di sumur kering itulah kelak hidup Aidit berakhir di hadapan regu tembak.

Saat akan dieksekusi, Aidit sempat mengingatkan para aparat militer bahwa dirinya adalah seorang Menko dalam Kabinet Dwikora. "Tahu kamu artinya apa seorang Menko? Seorang Wakil Ketua MPR Sementara kemari? Apa ini sumur? Untuk apa?" katanya kepada Mayjen Yasir Hadibroto. Namun gertakan Aidit kali ini tidak berpengaruh.

Pertanyaan Aidit itu kemudian dijawab oleh Yasir. "Saya mengerti pak, dan kalau bapak mau tahu sumur ini untuk apa? Ini buat bapak. Bapak tahu bukan kalau Pak Yani juga dimasukan sumur seperti ini?" kata Mayjen Yasir Hadibroto, kepada Aidit.

Sadar ajal semakin mendekat, Aidit kemudian meminta waktu untuk berpidato. "Jangan tergesa-gesa, saya mau pidato dulu," kata Aidit.


Diakhir pidatonya, Aidit lalu berteriak "Hidup PKI!"

Copyright © 2011 - 2023 | isme1989