Doktrin Untuk Membatasi Akal
"Jangan pikirkan Tuhan, karena akalmu tak akan sanggup menjangkaunya."
Itu salah satu ajaran fundamental tentang agama. Kalau orang berpikir
mengenai doktrin tentang Tuhan, ia pasti akan menemukan kekacauan,
inkonsistensi, paradoks, dan sejenisnya. Untuk membungkam pikiran
lanjutan, dikeluarkanlah doktrin itu. Orang diyakinkan bahwa Tuhan itu
terlalu hebat, sehingga akal manusia tak bisa menjangkaunya. Itu
dilakukan sambil meyakinkan bahwa akal manusia itu terbatas.
Tidak
hanya terbatas, akal juga dicitrakan sebagai representasi nafsu. Kalau
akal menyarankan kesimpulan yang bertentangan dengan doktrin agama, maka
akal dituduh menuruti hawa nafsu. Orang diyakinkan bahwa ia akan jadi
buruk kalau memperturutkan akal.
Tapi bukankah agama juga
menyuruh orang berpikir dan memakai akal? Betul. Tapi dibatasi dalam
koridor yang telah ditetapkan. Pola pikirnya digiring sesuai doktrin
agama. Akal hanya boleh dipakai selama hasilnya menguatkan isi doktrin.
Akal
yang dipandu doktrin banyak mengabaikan fakta. Fakta-fakta diberi makna
sesuai arahan doktrin. Ini membuat orang jadi terbiasa memanipulasi
akal mereka sendiri. Ketika akal menghadirkan gagasan yang bertentangan
dengan doktrin, manipulasi itu menghapusnya.
Ada kalanya produk
doktrin itu membawa orang pada perilaku yang mengganggu orang lain.
Normalnya, orang akan terusik pikirannya. Ia akan menolak. Tapi doktrin
mendorongnya untuk mengabaikan pikiran itu, kemudian menggantinya dengan
gagasan yang membuat orang itu patuh. Proses itulah yang membuat
orang-orang melakukan hal-hal yang di luar nalar.
Contoh
sederhananya, orang yang mengganggu ibadah orang lain. Secara nalar ia
bisa berpikir bahwa mengganggu orang lain itu bukan hal yang baik.
Dengan nalar normal, ia sendiri pasti tak suka kalau diganggu.
Sepatutnya ia tak mengganggu atau menghalangi ibadah orang.
Tapi
doktrin yang ia anut mengajarkan bahwa ibadah yang dilakukan orang itu
tidak disukai oleh Tuhan. Nalar berbasis doktrinnya membawa ia pada
gagasan bahwa ibadah orang itu salah, dan oleh karena itu harus
dihentikan. Maka ia mengabaikan akalnya sendiri, dan memilih untuk
mengikuti gagasan yang dipandu oleh doktrin tadi.
Meski sangat nyata bahwa praktik dari gagasan tadi buruk, orang tetap yakin bahwa ia sedang melakukan kebaikan.
SUMBER